Cari Blog Ini

Rabu, 08 Juni 2011

Line art


i found nice simple art in Cubic house, Rotterdam
they are 2 ladies and 1 man, threesome!

Selasa, 07 Juni 2011

Amnestic - my first mini Novel. of course in indonesian, enjoy it!

Oktober, musim hujan masih tersisa. Karena aku menderita amnesia 5 tahun lalu. Sehingga aku hanya ingat kejadian 5 tahun belakangan ini. Dan terlihat polos dan tidak mengerti apa apa. Aku bekerja di swalayan sederhana. Menjadi pegawai swalayan yang melakukan rutinitas yang sama adalah hal yang membosankan. Mendata barang yang akan dijejerkan dalam rak display dan saat membereskan deretan makanan kecil di sepanjang lorong, terdengar dari meja kasir yang berada pada sudut ruangan sebuah percakapan yang mengundang perhatian orang yang berada didalam swalayan.
“iya, sudah ku kembalikan, kok…” dengan perawakan rambut panjang, dengan nada bicara yang lembut seperti wanita yang lainnya. Dialah Bunga, teman sekerjaku.
Seorang pemuda dengan pakaian hitam dan rambut panjang tergerai berkata dengan suara keras. “memangnya aku bohong,ya?” katanya
Bunga berkata lagi dengan mimik wajah sedang memikirkan sesuatu,“tidak, tapi…”
Aku pun datang menghampiri meja kasir dan bertanya.
“ada apa?” dengan nada suara yang memberi kesan keingin tahuan. 
“katanya kembaliannya kurang, tapi aku sudah…”bunga berkata dengan nada rendah lalu dipotong oleh sang pemuda.
”benar kok, kurang…!” dengan wajah yang geram menatap padaku.
Akupun menjawab dengan santai, karena aku pikir hanya masalah kecil tak perlu di ributkan. ”ah, maaf! Kurang berapa?” saat aku belum selesai bicara Bunga memotong pembicaraanku.
”Tapi aku yakin..”bunga menambahkan sambil menatap kearahku
”sudahlah!” tanganku mengangkat dengan refleks kehadapan bunga.
”400 Dollar” segera pemuda itu menjawab
Terdengar suara pintu terbuka dari ruang staff swalayan di sela aku ingin mengambil uang dalam meja kasir, serta sapaan bunga pada orang yang keluar dari pintu tersebut.
”Pak…”bunga menyapa.
”ada apa?” dengan wajah yang sangar. Karena memang perawakannya yang tinggi besar seperti layaknya atasan.
”kembaliannya… aku yakin…”menjawab dengan ragu – ragu.
”kembaliannya kurang? Kamu tidak keliru?” dengan suara yang tegas bertanya pada pemuda.
”ku..kurasa kurang..” mulai menampakan wajah kengerian terhadap atasanku.
”Yakin…?” wajah sangar atasanku menyertainya.
”ng…bagaimana, ya…sudahlah.” Dengan mimik ketakutan, Pemuda itupun pergi dan tidak menghiraukan aku yang berada di sampingnya persis, setelah terdengar bunyi pintu keluar. Akupun bertanya pada bossku.
”nggak apa – apa ya pak?”tanyaku pada atasan.
”Gilang, kenapa kamu tidak melindungi bunga?” itulah namaku yang selalu terdengar setiap hari, yang lagi lagi selalu menjadi bulan – bulanan karena kepolosannya.
”ha..? Maksud bapak apa?”dahiku pun berkerut dan menoleh kearah bunga.
”kenapa kamu tidak melindungi bunga yang hendak dikerjai anak berandalan itu?”suara yang besar itu mendesakku untuk menjawab.
”tapi tadi…”jawabku
”jangan berdalih, itu tidak jantan” memotong penjelasanku. Sambil menoleh pada bunga yang tersenyum yang berada tepat dibelakang boss. Hari yang cukup melelahkan bekerja diswalayan.

Walaupun aku amnesia hari – hariku berjalan seperti biasanya seorang pekerja yang mengontrak kamar kecil dipemukiman dengan seorang teman. Saat aku membuka pintu kamar, aku lihat sepatu berserakan dilantai.
”padahal sudah kurapihkan, kok.” suasana kamar yang hening tak pecah oleh suaraku itu
Aku berjalan melewati deretan sepatu yang berserakan dan menuju kekamarku, sesampai dikamar. Aku menjatuhkan tubuhku di kasur yang biasa kutiduri dan mulai berpikir sambil menutup mata.
”apa berhenti kerja saja ya..?” pandanganku semakin kabur dan makin lam makin gelap


---- ----


Kulihat bunga berlari di lorong yang gelap tetapi tidak ada suara yang keluar. gadis itu berlari ketakutan menghampiriku untuk berlindung. dari ujung lorong yang gelap terlihat sosok besar yang makin lama makin jelas siapa dia. Ternyata sosok boss swalayan yang yang berlari menghampiriku untuk memukul dengan kepalan tangan kanannya akan tetapi aku bisa menangkisnya dan memukul balik sang boss lalu menikam lehernya dengan tangan kiriku ini dan ketika ketidak berdayaannya sang boss, akupun terbangun dari tidur ketika terdengar suara telepon berdering.
“Kriiiing…Kriiiing…” suara Handphoneku.
”ah, aku ketiduran. Mimpi buruk segala…”pikirku.
Akupun segera terbangun dari tempat tidurku untuk mengangkat telepon yang berdering cukup lama.
”iya, hallo.”sapaku
”Gilang?”suara gadis yang terdengar tidak jelas seperti dikejauhan.
”oh..Merry”jawabku,setelah mengenali suaranya.
”aku sudah…Zzz… dengan pekerjaanku sekarang.”jawab merry lagi.
”Merry pakai HP, ya..?. brisik sekali nih..,ok kita ketemu nanti ya...” setelah percakapan di telepon akupun bergegas menyiapkan diri untuk ketempat yang di janjikan. tetapi sebelum sampai pintu keluar.
”hei, Gilang! Tahuku kamu makan, ya?” Tommy, teman sekamarku menyapaku.
”Tommy sudah pulang, ya? Nggak kok.”tanyaku padanya.
”tapi kok hilang?”sambil mengerutkan kening.
”aku nggak makan tahumu.”tommy teman sekamarku berperawakan gendut, kulit putih, terlihat dari bentuk tubuhnya kalau dia itu suka sekali cemilan.
”kamu pakai sepatuku lagi, ya?tambahku.
”ah, nggak rusak kok.”terlihat dari mukanya kalau tommy malu untuk mengakui kalau dia meminjam sepatuku.
”rusak!!, apalagi kalau kamu yang pakai” Dengan sedikit jengkel aku berjalan mengambil sepatu dan berkata.
”aku tidak melarangnya…”sambil menunjukan jari kearah tommy, ”tapi jangan diacak – acak kamarku. mending kamu rapihkan lagi, aku pergi dulu ya!” aku keluar dari kamar dengan tujuan bertemu dengan merry.


---- ----


Merry, pacarku.dia punya masalah dengan atasannya yang jahil di kantor.dan selalu mengeluhkan semua itu padaku.
”aku sudah muak…pada bossku”sambil memukul mukul meja yang tepat berada di seberangku.”wanita jangan ikut campur urusan pria!” sepenggal ucapan bossnya yang diperagakan ulang oleh Merry
”sok betul, padahal dia sendiri nggak kompeten. kalau iya, aku juga nggak akan ngeluh.”mengerutu seperti biasanya.
”Merry sudah mulai berani, ya. Hahhaha” tanggapanku enteng.
”ah, maaf. belakangan ini aku ngomel terus,ya…”wajahnya terlihat malu saat mengatakan itu.
”nggak apa – apa. Hari ini aku sedikit paham perasaan kamu.” sedikit terlihat gombal tapi memang itu yang kubisa saat dia selalu mengeluh padaku.
”oh..?,kalau begitu mau dengar lagi?”jawab Merry santai.
”ki…kita pergi saja”. Jawabku untuk mengubah pokok bahasan dan langsung beranjak pergi dari sofa café tempat kami duduk.
”kok, gitu sih..?”jawab Merry sambil berlari menghampiriku yang sudah meninggalkan meja tersebut.
Terdengar suara gelas jatuh disertai teriakan Merry dibelakangku.
”ah…!!” suara Merry.
Salah seorang pengunjung celananya tertupah minuman setelah di tersenggol oleh tangan merry sewaktu berlari menghampiriku.
”apa – apaan ini! Ah..celana favoritku…”pengunjung itu mengeluh sambil memperlihatkan celananya yang sudah ternoda merah oleh minuman tersebut pada bagian pangkal paha kanan itu. ”bagaimana ini?”tanyanya pada Merry.
Akupun menghampirinya dan meminta maaf pada pengunjung tersebut yang terlihat geram dengan perlakuan Merry, memang terlihat seram dengan deretan anting kecil –kecil dikedua daun telinganya, style rambut yang tidak beraturan.
”maaf, kami ceroboh.” Mohonku padanya.
”kalian pikir cukup dengan kata maaf” dengan tangan dimasukan kesaku yang sudah basah karna minuman, si pengunjung tersebut mulai terlihat sombong.
”ada cara lain,kan!” tambahnya dengan senyuman licik melirik pada pacarku
”Kami minta maaf akan kami ganti biaya laundrynya.”cetusku pada si pengunjung yang penampilannya urakkan itu.
”sudah sewajarnya!”jawab pengunjung itu dengan membentak kami.
Setelah perkataan pengunjung itu dengan cepatnya dia menyiramkan air pada celanaku dan berkata.
”dengan begini, kita jadi impas.”tambahan si pengunjung dengan memicingkan mata padaku.
”hahahaha…ah, memang.”jawabku dengan tidak memperdulikan celanaku yang sudah tersiram.
”Gilang, celanamu…!”Merry terkejut"
Sipengunjung itupun dengan segera duduk di sofa terdekat sambil mengangkangkan kakinya dan berkata pada merry.
”sekarang nona, bersihkan bagian ini.”perintahnya sambil menunjukkan noda pada celana yang berada di pangkal pahanya. ”lakukan dengan penuh perasaan ya..”tambahnya
”ah…”dengan wajah Merry yang menyeringai ketakutan pada pengunjung itu.
”cepat! Nanti bisa jadi noda..! ayo!” bentaknya pada Merry, dan menarik tangan Merry agar mendekat pada posisi pengunjung urakan kurang ajar itu.
”tunggu kami akan beri anda uang laundry.”jawabku memotong bentakannya pada merry. ”itu sudah cukupkan?”tambahku sambil menjauhkan Merry dari pengunjung kafe itu.
”bukan urusanmu!” matanya yang melotot itu memandangiku dengan sinis. ”jangan seenaknya menyentuhku…!!”tambahnya.
“tadi sudah impas, kan?” jawabku dengan nada marah padanya.
”ngajak berkelahi,ya..?”bentaknya padaku
”jangan sok jantan, mata empat..!tambahnya padaku sambil mendorongku dengan tangan kanannya. Aku hanya bisa diam saja sambil menundukkan kepala setelah dia mendorongku.
”dengar aku, tidak...” bentaknya untuk kesekian kali sambil mengepalkan tangan kanannya yang hendak memukulku.
Tanpa sadar aku sudah menangis pukulannya lalu membalas pukulan tersebut dan di lanjutkan dengan tikaman oleh tangan kiriku.
”eh…??”aku perpikir..”ini seperti di dalam mimpiku, sama persis!!”sambil melihat wajah yang sedang kutikam.
”Aaah..Maaf!”dengan segera kulepaskan tikaman itu.”aku nggak mengira akan menang! Gimana,nih?”pikirku dalam hati dengan cemas ketika melihat keadaan pengunjung yang sesak tergeletak dilantai.
”ini uang laundrynya, ambillah, hei…!!”sapaku pada pengunjung itu yang terkulai lemas dilantai.
Setelah kejadian itu kami pun pergi meninggalkan begitu saja. Tanpa menghiraukan disekeliling yang mulai ramai karna keributan.

---- ----

Sesuatu yang aneh terjadi didalam tubuhku saat kejadian dikafe kemaren tetapi aku tak mau tau apa itu. itu mungkin karena aku tak mau kehilangan saat – saat kemarin bersama Merry. Seperti biasa pulang dari kerja paruh waktuku, ingin cepat – cepat menaruh tubuhku pada ranjang yang empuk.
“Gil.. sudah pulang ya.”sapa Tommy padaku.
“eh..Tommy aku beli tahu nih buat kamu.”sambil menyodorkan tahu kehadapan dia.
“taruh saja dimeja”jawab Tommy dengan acuh.
“ng..?moodnya masih jelek, ya” pikirku dalam hati.”ntar juga dimakan”
dering telepon berbunyi saat aku memasukan tahu dalam lemari es.
“ya, Gil.. disini”jawabku.
“kok…Zzz..ma begitu?,tidak bil..pa kabar?” terdengar berisik dari tempat si penelepon itu berada.
“brisik sekali”pikirku.
“maaf, ini siapa ya?”Tanyaku pada si penelepon.
“aku..Zzz..njemputmu.”jawab sipenelepon misterius itu sekali lagi.
“si…siapa?”jawabku sekali lagi dengan nada penasaran.
“telepon Zzz.. disadap.Li..Zzz..kertas dalam laci mejamu.”jawabnya
“ha? Disadap? Kertas apa?” tanyaku.
“tuut..tuut..tuut..”telepon terputus yang tersisa hanya nada.
Aku terdiam sejenak memikirkan siapa yang baru saja hubungi aku, mungkin hanya telepon iseng.
“hampir kukira sungguhan” pikirku.
“oh,ya telepon Merry. Aku harus tahu keadaan setelah kejadian kemarin dikafe.”sambil memandangi telepon yang ku genggam. Tetapi tiba – tiba aku terdiam memikirkan hal telepon tadi apa memang betul.
“masa, sih??”pikirku kembali,sambil menoleh kearah laci meja tua seperti umurnya lebih dari 5 tahun yang berwarna coklat. Akupun berjalan perlahan dan menarik laci meja tersebut yang diikuti dengan bunyi gesekan dasar laci yang sangat mengganggu telinga. Aku tersentak kaget ketika melihat ada selembar kertas bertuliskan “tunggu disana 30menit, kedai kopi depan stasiun, bangku pojok kanan.”
Kelak masa lalu akan datang padaku, itu firasatku. Tapi aku tak tahu masa lalu seperti apa yang akan hadir dalam hidupku yang baru ini. saat ingin keluar dari kamar ku melihat Tommy sedang terburu – buru ingin keluar.
“Tommy!!, hari ini ada tamu ya?”sapaku padanya.
“ada yang masuk kekamarku..”tambahku.
Tommy terlihat aneh, dia hanya terdiam sambil tersenyum aneh padaku.
“Tommy..?,lagi ngapain sih?” tanyaku sekali lagi padanya.
Tanpa menghiraukan apa yang kukatakan padanya dia langsung bergegas pergi terburu – buru seperti ada yang disembunyikan, aku yang masih merasa janggal dengan yang terjadi. Akupun berusaha mengejar Tommy.
“Tommy, kenapa kamu lari” teriakku sambil berlari menghampirinya.
“tunggu..! Tommy” perintahku sambil menarik bahunya.
Betapa terkejutnya aku ketika Tommy menoleh bukan wajah Tommy yang terlihat oleh pandanganku melainkan Wajah asing yang tak kukenal. Aku terdiam sementara Orang itu terus berlari menjauh dariku.
“Si…siapa itu tadi…?” pikirku sambil melihat Orang asing itu yang mulai menghilang dari pandanganku.


---- ----


Dalam perjalanan kekedai pikiranku tak berhenti bertanya siapa dia. kenapa dia bisa masuk kedalam rumahku. Lalu kemana Tommy sebenarnya. Saat berada di kedai kulihat wanita dengan rambut hitam memakai tang-top hitam sungguh manis menunggu dipojok bangku sebelah kanan dan akupun menghampirinya. Tapi siapa dia.
“Gil, kelihatan sehat…”sapanya padaku.
“sudah lama aku mencarimu”tambahnya.
“Gil..??” tanyaku balik padanya.
“namamu..” dengan santai dia menjawab bahwa itu namaku.
“Gil duduklah..”perintahnya padaku.
Pikiranku seperti mau pecah,tiba-tiba datang 1 orang yang mengenalku. Tapi siapa dia, kelihatannya seperti memang dia mengenalku saat aku belum amnesia.
“Kamu siapa..?” tanyaku dengan rasa yang penasaran.
“aneh..kamu benar-benar lupa nih..” jawabnya enteng padaku.
“aku temanmu..sekarang.” sambil memegang cangkir teh yang berada dimeja kedai.
“kita berteman..?” bertambah lagi pertanyaan didalam otakku. Seperti apa aku dulu. Hingga gadis cantik seperti dia mengenalku.
“aku nggak ingat.”jawabku lagi pada gadis yang sepertinya masih asing.
Sekejap saja tangannya meraih tanganku dengan tersenyum manis padaku.
“Kita kekasih.” Jawabnya lagi.
Sungguh kaget ketika mendengar ucapannya padaku, bahwa dia adalah kekasihku dulu. Memang dulu aku pernah bermimpi seseorang menjemputku untuk kembali pada kehidupanku yang dulu.
“Gil, pulanglah bersamaku” ucapannya memang penuh dengan kejutan yang aku tidak tahu siapa dia.
”semua.. telah menunggumu” tambahnya sambil menarik tanganku sebagai tanda pengharapan dia agar aku kembali kekehidupan yang lalu.
“semua..?”jawabku pada gadis itu. Padahal aku tak kenal seorangpun.
“jangan cemas, aku akan membantu mengingatnya lagi” jawabannya padaku.”ayo ikut aku mungkin kau akan ingat sesuatu” tambahnya lagi, sambil meraih tanganku lagi dan menarikku untuk keluar dari kedai tersebut. 
Tanpa pikir panjang akupun menyetujuinya, karena memang aku hanya Ingin tahu siapa aku yang sebenarnya. Kami jalan menuju hotel ROYAL diseberang sungai dan lorong –lorong seperti perumahan padat.
“kenapa harus dihotel” tanyaku ketika di depan pintu kamar hotel.
“karena memang ini tempat yang bisa agar kau mengingat aku kembali” jawabnya dengan tegas. Sambil menarikku agar menaruh tubuhku di ranjang hotel itu.
“tapi…!” jawabku padanya. ”kurasa ini salah” tambahku sambil memandangi dia yang sudah berada di atas tubuhku.
“otakmu tak bisa mengingatnya.. tapi tubuhmu pasti bisa.” Katanya padaku lagi. ”tenanglah, aku yakin kok! Aku tahu cara membangunkan Ray” wajahnya mulai turun kewajahku seakan ingin menciumku.
“tidak..bisa, aku sudah punya pacar. In....ini penghianatan” jawabku polos sambil mendorong tubuh gadis itu kedepan untuk menjauhkan jarak denganku.
Dengan cepat dia memelukku dari belakang dengan tangannya yang lembut dan aku hanya bisa diam.
“baiklah.. cium saja ya?” ucapannya padaku tepat di depan telinga.
“maaf.. aku…” aku seperti patung yang hanya bisa diam karena aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Karena ini memang sudah kelewatan.
“terimalah..”sekali lagi dia mendekatkan wajahnya padaku.
Ciuman ini tak pernah terjadi selama 5 tahun belakangan kecuali hanya dengan Merry, dan hari ini adalah ciuman pertamaku dengan orang lain yang baru kukenal. Itulah kata-kata yang berada di otakku.
“bangkitlah katanya setelah ciuman itu.
Dengan menjauhkan badanku dengannya, aku bergegas dari ranjang hotel itu.
“kita pergi saja” kataku.
“Cuma segitu saja” jawabnya dengan memicingkan mata padaku.
“itu saja…sudah parah” ucapanku padanya.
“apa-apaan ini, memuakkan!” dengan nada marah dia katakan itu lalu menendangku.
“siapa kamu?!, menggelikan.” Ejeknya padaku.
“kalau kau bukan Gil, kenapa mereka menyadap teleponmu? Penjelasan yang aku tidak mengerti.
“ada apa ini?” tanyaku balik padanya, otakku mulai tidak bisa mengerti apa yang terjadi. Ada apa sebenarnya ini. Kulihat 2 sosok tubuh yang besar dengan seragam yang hitam – hitam seperti agen rahasia. Seperti dalam film saja. Seperti hologram yang tiba-tiba muncul dibelakang tubuh gadis manis itu.
“biarlah..ini tugas sihh” katanya dengan sedikit nada jengkel.
“tangkap dia..” perintahnya pada 2 orang misterius yang muncul tiba-tiba itu. Sambil mengangkat tangan kanannya seperti komando atasan pada bawahan.
Dengan rasa ketakutan melandaku dan pertanyaan yang masih belum ada jawabannya tentang masa laluku. Ada lagi masalah yang datang padaku. Kenapa hari ini banyak kejadian aneh yang tidak masuk akal. Aku berlari tergesa-gesa keluar dari hotel, lari dari penangkapan yang akibat dari apa yang tak pernah kulakukan. Sekian lama aku berlari tiba-tiba aku sampai pada pertigaan lorong yang kecil. Lalu aku bersembuntyi pada tumpukan kardus besar yang berada tidak jauh dari pertigaan itu. Terdengar suara derap langkah yang mengikuti pelarianku.
Aku berpikir keras untuk tidak bersuara, 
“pergilah…pergi sana” dalam hatiku agar tidak diketahui dimana aku sembunyi. Tiba – tiba terdengar dering dari handphoneku, “kriiiiing…Kriiiiing”
“Kenapa HPku bisa bunyi pada saat seperti ini?” komentar saat berlari karena 2 orang aneh itu tahu dimana aku. 
“Aku akan membenci orang yang menelponku sekarang” pikirku dalam kepanikkan. Saat itu juga Aku terpeleset karena pipa yang berada di tengah jalan. 
“Juga orang yang meletakkan pipa itu ditengah jalan” sumpahku yang mulai panik karena dering Hpku yang tidak berhenti dan 2 orang aneh itu sudah ada di depan mataku, aku hanya bisa ketakutan sambil memandang terbelalak dan terganggu karena suara dering HP yang tidak ada hentinya.
Ketika salah satu tangan dari mereka ingin menggapaiku, semakin mendekat dan mendekat, kulihat bayangan manusia turun dari gedung dan dalam sekejap tangan orang yang ingin menangkapku itu dapat dilumpuhkan oleh kaki sang misterius
“jangan bergerak…!!, Polisi..” teriaknya pada 2 orang itu sambil menodongkan pistolnya.
Aku yang sudah membalikkan badan untuk berniat melarikan diri menoleh lagi ke arah orang misterius yang mempunyai ukuran tubuh sebaya denganku, rambut yang panjang dan pirang.
“Po…Polisi…!?” pikirku sambil memandangi sosok polisi itu.
Tanpa menoleh Polisi itu berkata “Kamu…!! Pergilah kemobil depan, berlindunglah disana..!”
Akupun berlari meninggalkan kemelut yang berada disana karena saling menodongkan pistol, “aku gak begitu paham, tapi….”pikirku, “yang penting selamat”..pikirku ladi dengan perasaan lega.
Lalu diujung lorong kulihat mobil, “loh..kok!?” kagetnya aku, karena bukan mobil patroli yang menungguku melainkan mobil box berwarna putih, saat aku mendekatinya pintunya terbuka dengan sendirinya, “kreeek…kreek” dan terbukalah pintu box itu.
“apa aku harus naik..?” pikirku dengan bimbang.”jangan – jangan dimintai keterangan…biarlah toh aku aman disini..”sambil memasuki box mobil itu.
“tapi kok gelap..?” ujarku saat meneruskan langkahku lebih dalam.
“Braaaaak..!!” tiba – tiba terdengar pintu box tertutup dan semuanya menjadi gelap gulita, akupun menjadi lebih panik lagi.
“Hei… tidak kelihatan apapun disini..!” kataku berharap mendapat jawaban dari seseorang.
“Apa – apaan ini?” jawabku dengan keras yang terdengar kecil oleh suara mesin mobil yang melaju entah kemana, “ini sih sama saja ditangkap” komentarku dengan suara yang lebih keras lagi.
Dengan napas terengah – engah karena panik menunggu di dalam box mobil yang gelap, membuat tubuhku lemas dan perlahan – lahan mataku tertutup untuk menenangkan tarikan napas dan emosi.


---- ----


Sambil otakku berpikir untuk lolos dari sini, tiba – tiba sinar menyilaukan menyala didepanku, dan akupun terkejut karena tepat dibawah Lampu itu terdapat kursi yang berwarna putih berada di tengah box ini.
“apa maksudnya ini!?” pikirku dengan keras.
“disuruh duduk menunggu…?” kataku sambil menghela nafas dan menyeka keringat yang mengalir dari dahi.
“tenanglah…Pikirkan dahulu…” pikirku lagi sambil menghampiri kursi untuk kududuki.
“hari ini banyak hal – hal aneh yang tidak aku mengerti” sambil menghela nafas dan menutup mataku menyandarkan tubuh untuk sedikit rilex dikursi ini.
Saat mambuka mata, betapa kagetnya aku telah hadir sesosok tubuh wanita yang entah datang darimana, membuatku bertambah bingung lagi
“kenapa hidupku tidak bisa tenang” pikirku
“selalu saja terjadi yang aneh – aneh” tambahku
aku kaget ketika melihat wanita itu menoleh kearahku dan melihatku dengan pandangan yang sangat hangat, perlahan wajahnya mendekati wajahku, semakin dekat… semakin dekat, hingga bisikannya terdengar jelas di telingaku.
“terima saja” kata wanita berambut hitam yang umurnya bisa diperkirakan lebih tua dia 5 sampai 10 tahun dariku. Aku hanya bisa membisu merasakan lembutnya bibir wanita itu mencium bibirku hingga aku terlena oleh kecantikannya.
“Bangkit” ucapnya sesaat setelah menciumku
Aku terjatuh kebelakang agar bisa menghindar ciuman selanjutnya, jujur aku senang dicium wanita cantik dan gadis manis. Tapi…
“Tu..tunggu dulu..!!!” bentakku yang hendak membangunkan diri didepan wanita cantik itu.
“aku perlu waktu… Pikiranku masih kacau” keluhku padanya.
Dia hanya terdiam seakan – akan menuggu reaksi dariku. Wanita ini terlihat sangat tenang dalam menghadapi kepanikan yang ku buat sendiri.
“in…ini dimana?” tanyaku padanya sambil melihat sekeliling yang ruangan dengan tatanan interiornya berwarna putih.
“tempat apa ini..?” pikirku, “dinding warna putih, kursi juga berwarna putih..” suasana yang hangat dan damai kurasakan dalam hati tetapi terlalu aneh karena baru kulihat ada tempat tanpa ada konfigurasi warna, hanya putih.
“ini tempat dmn kita tidak akan kekurangan apapun..” wanita itu menjawab dengan wajah seolah mencoba meyakinkan.
“maksudnya tidak akan kekurangan apa” sambil mengerutkan dahi aku penasaran.
“aku sudah cukup lama disini..”dia menjawab dengan santai. “dan akupun merasa seperti tidak ada keinginan akan kekurangan sesuatu seperti makanan...,pakaian, itu yang membuat saya nyaman dan damai berada disini” wanita itu menjelaskan sambil membuka pintu box yang berwarna putih sambil menunjuk padang rumput yang terhampar luas didepan pintu box.
“hanya saja...ini terlalu aneh bagiku, aku akan pergi dari tempat ini.” jawabku tanpa menghiraukan penjelasan wanita itu yang telalu panjang buatku.
”aku hanya pegawai swalayan dan punya kehidupan yang sederhana, aku punya kehidupan yang sudah nyaman buatku” tambahku sambil melihat wajahnya yang tersenyum damai padaku dan akupun langsung bergegas lari keluar box.
Wanita itu hanya diam tanpa ada sepatah – katapun untuk menahanku untuk tetap disini. Lariku terhenti setelah sadar aku sudah lari lebih dari 10 meter dari ruang aneh yang berwarna serba putih itu.
Aku menoleh kebelakang melihat wanita itu yang masih tetap tersenyum padaku, itu hal yang cukup aneh. Tapi tidak apa karena dia wanita yang cukup baik setelah percakapan tadi.
“hei...siapa nama anda nyonya..?” teriakku dengan kedua telapak tangan berada tepat didepan mulut.
Dengan suara yang sayup - sayup dia menjawab 
“Y..vone...Bro..wn”aku mengamati gerak bibir wanita tersebut.
“jaga kesehatan anda nyonya Brown..” teriakku kembali
akupun melanjutkan lariku setelah nyonya Brown membalas dengan senyum yang lebih lebar. Berharap senyum itu menjadi awal yang baik untuk kembali ke kehidupan yang semula.



---- ----



Lariku terhenti setelah sadar di depan pandanganku sudah bukan padang rumput yang luas, melainkan area dengan rimbunan pohon yang cukup lebat seperti tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia. Dengan napasku yang terengah – engah tubuhku mencoba mengimbangi dengan jalan perlahan selangkah demi selangkah. Tubuhku mencoba kuat dengan armosfir rimbunan pohon lebat yang saling menyilang dijalanku. Terdengar sayup – sayup suara serangga yang saling menimpalkan memberikan irama pada alam yang bisu, perlahan aku berjalan hingga aku mematung mendengar suara desah napas yang seperti mengamatiku dari semak – semak. Akupun mencoba menoleh ke arah sumber suara desah, tetapi tidak ada apapun. Kakiku melangkah kembali masuk lebih dalam kerimbunan pohon – pohon yang tingginya 2 kali lipat dari tinggi badanku. Semakin mendalam semakin terdengar gemericik air yang menurutku didepanku akan ada sebuah sungai besar yang bisa menjadi penuntunku untuk keluar dari tempat yang aku tidak tahu ini.
Tubuhku kembali mematung, desah nafas itu kembali terdengar dengan jelas disamping suara gemericik air. Ini lebih parah suara desah itu semakin jelas, bulu kudukku berdiri, aku mencoba melirik kebelakang tepat di bawah pohon besar yang batangnya cukup untuk bersembunyi. Hatiku makin penasaran lirikanku menjadi sebuah gerakan yang mencoba menghampiri pohon besar yang sangat misterius, berharap tidak ada apapun dibalik pohon itu. Tanganku mencoba menggapai batang pohon dengan gemetaran, tarikan napasku mulai dalam, desah napasku makin besar sehingga mengimbangi suara desah misterius yang membuat tubuh ini gemetaran. Dengan sekejapku berlari menghampiri dan memang tidak ada siapa – siapa dibaliknya. Bukan merasa lega melainkan makin gemetaran setelah melihat bayangan di depanku yang berasal tepat dari belakangku. Kali ini air mataku menggenang, leherku tidak mampu untuk menoleh, dadaku sesak. Suara ini bukan sebuah desah melainkan tarikan nafas dari makluk yang besar bila dilihat dari bayangannya. Tubuhku mencoba memberanikan diri untuk membalik dan melihat sosok apa yang ada di belakangku.
Nafasku terhenti ketika kulihat sesosok hitam dengan jubah kusam mencoba menggapaiku dengan tangannya yang kurus, perlahan tapi pasti tangan itu makin mendekat, tangan dengan kulit kering, kuku penuh dengan noda, mataku terbelalak tertuju pada tangan yang makin mendekati leherku. Sontak aku mundur dan terjatuh karena tersandung akar pohon yang menjulang kepermukaan tanah.
“argh....kenapa disaat seperti ini aku selalu tersandung benda – benda aneh!” jatuhnya badanku ketanah tertahan oleh kedua tanganku, tanpa pikir panjang aku menghindar dengan merayap pendek dengan tangan dan kakiku, membalikan badan dan lari tanpa membalikkan wajah.
“ada apa ini? Kenapa ada makhluk seperti itu di dunia ini?”tanyaku dalam hati sambil berlari..
aku mempercepat lariku karena mendengar suara desahan makhluk itu mengikutiku dibelakang
“kenapa makhluk itu mengejarku?” tanyaku mengeluh. “memang aku salah apa? Mau apa dia denganku?” tanyaku lagi..
“a..aku..ingin pulaaaang....!!” dalam hatiku berteriak
semakin jauh kuberlari semakin jelas terdengar suara gemericik air, semakin jelas..semakin dekat..langkah ku terhenti ketika didepanku sudah tidak ada lagi pijakan, tepat di depanku terdapat air terjun yang cukup tinggi. Sementara itu makhluk dibelakangku masih berusaha menyusulku dengan gerakan yang melayang.
“astaga..makhluk itu tidak menapak dipermukaan tanah..” gerutuku dalam ketakutan.
“Aku harus lari kemana? Aku masih mau hidup....!! hari ini tidak akan menjadi hari kematianku..”gerutuku untuk menenangkan diri.
Makhluk itu makin mendekat, kira – kira kurang dari 5 langkah dari tempatku berdiri di pinggir jurang air terjun.
“apa aku harus terjun? Apa aku memang harus mati? Mungkin memang inilah jalan kematianku...” kataku dalam hati. Hatiku sudah pesimis, tubuhku sudah pasrah.
“aku akan terjun...”dalam hatiku telah ambil keputusan. Sesaat makhluk itu tepat didepanku persis.
“maafkan aku..,Marry~ aku mencintaimu...” timpalku dalam hati. Dan kemudian tubuhku pun terjatuh lunglai kedalam jurang air terjun yang seperti bersedia menampung tubuhku yang akan membusuk hingga akhirnya hilang.

Mataku terbelalak, mulutku bungkam, tubuhku terhisap dalamnya arus air, aku cukup lelah untuk bertahan dalam keadaan seperti ini. Tubuhku mulai merasakan hawa dingin arus air dikedalaman, secercah cahaya makin memudar, makin dalam, makin hilang, dan gelap.

---- ----


Kulihat titik putih redup yang semakin membesar, semakin bercahaya, kusadari bahwa aku telah mati, damai, meninggalkan semua hal di dunia, termasuk Merry. Dengan tubuh menghadap langit aku hanya melihat cahaya putih yang menyinari tubuhku dengan hangat dan damai. Aku telah tiada.
Perlahan penglihatanku mulai fokus dan jelas. Dan aku penasaran ingin melihat seperti apa dunia setelah mati. Bergegas dengan perlahan membuka mata dan sedikit menegakkan badan untuk bisa melihat sekitar.
Bingung dalam diriku muncul kepermukaan setelah apa yg kulihat, cahaya putih itu adalah sebuah lampu pijar yang menempel dilangit – langit berwarna putih.
“apa aku kembali lagi ke box itu? Semua seperti sama..” rasa penasaranku memuncak ketika mendengar suara yang familiar seperti “tiit...tiit...tiit..”. 
“nyonya Brown kmn?” pikirku.
“n..nyonya..Br..own.. dimana kau?”dengan suara berbisik aku mencoba sekuat hati mengeluarkan suara dari tenggorokanku.
Tiba – tiba seseorang yang memegangi tanganku dengan lembut, yang menyadarkanku bahwa ada orang disamping pendaringanku.
“Gilang...? kamu sudah sadar?” tanya wanita dengan perawakan keibuan menggunakan syal yang dililit dileher berwarna merah itu padaku.
“Gil..kamu tadi memanggil siapa? Nyonya Brown..? siapa dia?” tambahnya lagi sambil menyibakan rambutnya yang sebahu.
Kebingungan didalam diriku makin bertambah dengan munculnya wanita ini.
“anda siapa?” Tanyaku dengan suara lirih dan polos.
“aku ada dimana?” timpalku sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya dariku
Dengan mimik muka yang berubah bingung wanita itu pun menghilang dari pandanganku.
“aku ada dimana?” tanyaku dalam hati sambil melihat sekeliling ruang yang lebih besar dari kamarku. Terdapat sofa berwarna cream di pojok ruangan yang cukup selaras dengan warna dinding yang di cat putih gading. Sontak kutertarik dengan suara mesin “tiit..tiit...tiit..” lalu menoleh ke arah mesin yang menjadi sumber bunyi.
“ini seperti kamar disebuah rumah sakit...?” pikirku. Artinya aku telat selamat setelah terjun dari air tejun itu.
Seketika terdengar suara pintu terbuka dari pojok ruangan tepat sebelah sofa, dan wanita itu masuk dengan seorang berjubah putih dengan stetoskop berteger dilehernya.
“nyonya siapa? Apa anda kenal saya?” tanyaku lagi.
“aku ibumu gilang..!! knp kamu tanya begitu anakku?” tanya nyonya itu padaku.
Kulihat dokter itu menarik perlahan lengan wanita yang dia bilang ibuku dan membisikan sesuatu. Walaupun terdengar sayup, aku masih bisa mendengarnya dengan baik.
“Bu..saat kecelakaan 5 tahun lalu anak ibu mengalami pendarahan bagian otak akibat benturan yang berujung pada amnesia, jadi sebaiknya ibu jgn terlalu memaksakan gilang untuk mengingat semua hal” penjelasan dokter itu pada ibuku.
“apa masih bisa dia ingat semuanya, dok?” tanya ibuku pada dokter dengan serius.
“tunggu pemeriksaan selanjutnya, bu. Untuk sekarang karena anak ibu baru saja sadar dari komanya selama 5 tahun. Biarlah dia memulihkan dulu tubuhnya.” tambah dokternya
“Jadi seperti itu, knp aku berada disini” pikirku dalam hati.
Lalu ibuku menghampiriku dan memegangi tanganku kembali dengan kasih sayang. Ribuan tanya berdesakan didalam dadaku, sehingga aku bingung unuk bertanya harus mulai dari mana.
“apakah benar kau ibuku?” tanyaku padanya.
“kau adalah anakku, kau mengalami amnesia karena kecelakaan mobil di jalan tol 5 tahun lalu dengan Marry” jawab ibuku yang tidak menggubris pendapat dokter.
“apakah Marry baik – baik saja, bu?” tanyaku kembali dengan pengharapan yang cukup besar karena Marry adalah wanita yang menjadi kekasihku.
Ibuku terdiam setelah aku bertanya hal tentang Marry. Dia hanya bisa memandangi mataku dengan dalam.
Aku bingung.. selama 5 tahun ini aku berada dekat sekali dengan Marry. Kenapa ibuku diam seribu bahasa seperti menutupi sesuatu.
“jawab bu..!! yang kutahu selama 5 tahun ini hanya Marry seorang. Tidak ada yg lain.” timpalku dengan sedikit emosi.
“Gilang..kamu harus terima ini ya...~” jawab ibuku dengan lirih dan perlahan.
“Marry telah meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan mobil itu” jawabnya. “Kalian kecelakaan ketika berlibur ke padang rumput oakvalle” ibu menambahkan dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.
Sadar atau tidak, selama 5 tahun ini hari demi hari aku selalu di temani oleh Marry, dia yang selalu menghiburku, menjagaku dalam ketidaktahuan amnesiaku, mengembalikan hidupku yang hampa. Andai kutahu mungkin aku akan tetap berada disana untuk tetap bersama Marry.
Kemudian ibuku bertanya kembali untuk mengalihkan perhatian agar aku tidak terlalu memikirkan kecelakaan 5 tahun lalu yang berakibat meninggalnya Marry.
“Gilang tadi kamu mencari nyonya Brown?” tanya ibuku dengan mengebu – gebu.
“ibu mencari tahu siapa nyonya Brown pada dokter rumah sakit ini, dan Dokter itu bilang bahwa Nyonya Brown itu pasien yang 2 hari lalu meninggal karena serangan jantung. Memangnya kau kenal dia Gil..?” tambah ibuku lagi.
“ah tidak, bu..Cuma perasaannya aku kenal dengannya.” jawabku.
Mungkin memang ini jalan hidup yang aku tempuh. Walaupun aku amnesia tetapi selama 5 tahun ini, hidupku telah penuh diisi oleh kenanganku bersama dengan Marry.

Lady in Black

Lady in Black

Ni Wayan

Ni Wayan

Pantai Reklamasi

Pantai Reklamasi

Sunset Pulau Perak - Kepulauan Seribu

Sunset Pulau Perak - Kepulauan Seribu